KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
hidyah-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah karya ilmiah remaja ini. Makalah
ini saya membahas mengenai “Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di Kecamatan
Tangse Kab. Pidie“ yang diajukan untuk Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2013.
Dalam
penulisan penelitian ilmiah ini begitu banyak kesulitan yang penulis
temui seperti kurang informasi dari buku-buku bacan yang berkaitan dengan
penelitian ini. Akan tetapi, berkat adanya bimbingan dari guru serta dukungan
dari beberapa pihak Alhamdulillah akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian
ini.
Ucapan
terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan
motivasi dan dukungan besar atas kegiatan ini, serta Bapak Maulidin Akbar
selaku pembimbing dan guru mata pelajaran karya ilmiah remaja ini, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini.
Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, saya juga
mengharapkan kritik dan saran pembaca terhadap penelitian ini guna untuk perbaikan
yang lebih baik lagi.
Sigli,
05 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1.Latar
Belakang Permasalahan ................................................................... 1
1.2.Indentifikasi Masalah ............................................................................... 3
1.3.Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.4.Tujuan
Penelitian....................................................................................... 3
BAB II. TELAAH
PUSTAKA
............................................................................ 4
2.1.Beberapa Pengertian.................................................................................. 8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 7
3.1.Desain Penelitian....................................................................................... 7
3.2.Waktu dan Tempat.................................................................................... 7
3.3.Subjek Penelitian....................................................................................... 7
3.4.Metode Penelitian...................................................................................... 7
3.5.Cara Menganalisa Data.............................................................................. 8
BAB IV. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
................................. 9
4.1.Manajemen Penanggulangan Banjir Bandang di Kecamatan
Tangse Kab. Pidie 9
4.2.Analisis Manajemen Penanggulangan Banjir............................................. 9
4.3.Analisis Hambatan-Hambatan yang ditemui............................................. 12
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 14
5.1.Kesimpulan................................................................................................ 14
5.2.Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Manajemen Penanggulangan Bencana
Alam pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie didasarkan
pada Qanun Tahun 2011, dengan tujuan terlaksananya sistem penanggulangan
bencana daerah yang efektif dan efesien serta transparan. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie merupakan salah satu Badan Pelaksana
Bencana Daerah yang langsung dibawah komando Pemerintahan Kabupaten Pidie,
dengan sistem integritas dan percerpatan tanggap darurat terhadap bencana yang
melanda daerah, khususnya Kabupaten Pidie.
Tujuan dilakukan penelitian
adalah untuk mengetahui sejauh mana manajemen penanggulangan bencana alam yang
ada di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie dan untuk mengetahui hambatan-hambatan
yang ditemui dalam pelaksanaannya di lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Untuk memperoleh data disamping dilaksanakan penelitian lapangan
juga dilakukan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya manfaat manajemen Penanggulangan Bencana Alam di
Kecamatan Tangse sehingga perlu pembenahan secara struktural dan manajemen agar
dapat memberikan manfaat yang utuh terhadap para korban bencana alam.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Banjir adalah
bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang ini
banjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan
keseimbangan alam. Membuang sampah disungai, Penggundulan hutan, Penggalian
material pasir dan batu alam secara liar tidak terkendali. Sebagai contah
nyata, Tanggal 10 maret 2011 kamis sore terjadi banjir bandang di Kecamatan Tangse
Kabupaten Pidie yang mengakibatkan beberapa desa porak poranda akibat diterjang
banjir bandang diantaranya Desa Peunalom I, Peunalom II, Pulo Baro, Blang
Jeurat, Blang Dalam, Layan, Blang Bungong, Blang Pandak, Ranto Panyang, Krueng
Meriam, Blang Dhot dan Keude Tangse. menurut
informasi banyak rumah warga hancur baik rusak berat maupun ringan dan ada
warga yang meninggal dunia yang jenazahnya ditemukan pada hari jumat tanggal 11
maret 2011 di antara kayu log besar dan kayu-kayu gelondongan.
Undang Undang No
32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup tercantum tentang perbaikan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam
Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2012 dikemukakan permasalahan pokok sebagai
berikut. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia, kerusakan Daerah Aliran Sungai
(DAS), tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (bio diversity),
pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan hutan belum jelas, lemahnya
penegakan hokum terhadap pembalakan liar (illegal loging) dan penyelundupan
kayu. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa-jasa
lingkungan. Belum harmonisnya peraturan perundang-undangan lingkungan hidup
serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
Setelah dilakukan pengamatan di
lokasi penulis melihat masyarakat belum menyadari bagaimana pentingnya
memelihara keseimbangan alam, pada umumnya masyrakat setempat menggantungkan
hidupnya dari hasil alam baik berupa batu belah yang digali dari perbukitan
serta penambangan pasir di sungai juga
terjadi pengundulan hutan dan penembangan kayu-kayu secara semena-mena tanpa
pilih serta tidak ada budaya penanaman
kembali di daerah yang mendesak ditambah lagi dengan lemahnya pengawasan dari
aparat pemerintahan disekitar gunung Tangse.
Hal ini menyebabkan terjadinya banjir bandang yang pada sebelumnya belum
pernah terjadi di tempat tersebut, padahal ketentuan tentang pengelolaan
linkungan hidup tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang perbaikan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan
informasi masyarakat sekitarnya banjir bandang
terjadi karena adanya penebangan kayu-kayu untuk dijual dan membiarkan
sisa-sisa berserakan di sungai-sungai kecil didalam kawasan hutan sehingga
membentuk penampungan-penampungan air, hujan yang turun selama empat hari
berturut-turut tidak mampu diserap oleh tanah yang telah gundul mengalir ke
penampungan akhirnya jebol karena tak sanggup menahan debit air yang melimpah.
Perlu disadari bahwa membangun
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera dan sadar akan pentingnya harkat kemanusiaan sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945. keseimbangan alam sangatlah penting bagi kelangsungan
hidup manusia dibumi ini, hutan sebagai daerah resapan air kini tidak lagi
mampu menahan laju debit air, hujan yang turun dari daerah dataran tinggi pada
akhirnya dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia.
Dengan
demikian jelaslah bahwa manajemen penanggulangan bencana alam adalah suatu
proses yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan semenjak
kejadian sampai dengan pasca bencana dengan
tujuan untuk memulihkan roda perekonomian masyarakat, perbaikan
infrastruktur yang rusak, bantuan tanggap darurat serta penanggulangan trauma
masyarakat akibat banjir, kelemahan manajemen penanggulangan bencana alam mengakibatkan
kendala yang cukup besar dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, maka disini
perlu perbaikan koordinasi antara elemen pihak-pihak yang berperan baik unsur
pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat supaya
permasalahan bisa segera di atasi.
1.2. Identifikasi
Masalah
Identifikasi
masalah dari latar belakang yang disebutkan di atas adalah:
1.3.Bagaimana proses penanganan bencana banjir bandang di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie?
1.4.Apakah penanggulangan yang dilakukan sudah memberikan dampak
positif bagi masyarakat?
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah penulis uraikan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahannya
ialah:
1. Sejauh
mana proses penataan kembali infrastruktur yang
rusak akibat banjir?
2. Faktor
apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam penataan kembali pasca banjir
bandang di Kecamatan Tangse?
3. Sejauh mana manajemen penanggulangan bencana alam di
Kecamatan Tangse?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah antara
lain sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui sejauh mana proses manajemen penanggulangan bencana alam di
Kecamatan Tangse, yang meliputi:
a. Infrastruktur
pemerintah seperti jembatan dan jalan umum
b. Rumah-rumah
penduduk
c. Sarana
Mata Pencaharian
d. Pemulihan
Trauma Masyarakat
2. Untuk
mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam proses
penataan kembali pasca banjir bandang di Kecamatan Tangse
a.
Faktor yang mendukung dalam proses
penataan dalam pasca bencana alam.
b. Faktor
yang menghambat dalam proses penataan pasca bencana alam.
TELAAH PUSTAKA
2.1. Beberapa Pengertian
2.1.1. Manajemen
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya uantuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisiensi berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorgasir, dan sesuai dengan
jadwal. Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini
belum ada keseragaman. (Mary Parker Follet 2002: 161)
Bila
dipelajari melalui literatur manajemen maka ditemukan bahwa istilah manajemen
mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen
sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli,
untuk memperlihatkan tata warna definisi dalam warna Encilopedia of the social
science dikatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha.
2. Manajemen
sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen, yaitu
kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. dengan kata lain
segenap orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen dalam suatu badan
tertentu disebut manajemen.masyarakat
3. Manajemen
sebagai suatu seni (Arts) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science) yaitu
seni (Arts) atau suatu ilmu pengetahuan, mengenai inipun sesungguhnya belum ada
keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan
segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen ilmu. sesungguhnya kedua
pendapat itu sama mengandung kebenaranny. Menurut G.R. Terry manajemen adalah
suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok oran-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. seni adalah
suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain
seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran
serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Menurut Mary Parker
follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui
orang lain. definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa
para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang
lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan
cara melaksanakan pekerjaan itu oleh
dirinya itulah manajemen, tapi menurut Stoner bukan hanya itu saja, masih
banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara
universal. Menurut A. F. Stoner, manajemen adalah suatu perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian supaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2. Penanggulangan
Penanggulangan
adalah upaya ataupun tindakan dari suatu proses penangan suatu kejadian yang
terjadi. Penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif baru melakukan
setelah terjadi bencana. Tetapi penanggulangan bencana juga bisa bersifat
antisipatif, melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya bencana.
2.1.3. Bencana Alam
Menurut
Undang-Undang no 24 tahun 2007 Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2.1.4. Kecamatan Tangse
Tangse adalah sebuah kecamatan
di Kabupaten Pidie,
Aceh,
Indonesia. Jumlah penduduk
sekitar 25000 jiwa yang mendiami 28 desa. Kota Tangse berada di atas ketinggian
600-1200 mdpl. Iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi kualitas tanaman
terbaik karena memiliki tanah yang subur. Memiliki hasil tambang seperti emas,
biji besi dll. Di era 70-an wilayah ini merupakan daerah paling makmur di Aceh,
dengan kopi robusta, padi (beras cantik manis) yang sangat legit, durian yang
manis dan holtikultura lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Rancangan
penelitian yang diambil oleh penulis adalah melakukan serangkaian uji
deskriptif dan observasi di daerah terkena bencana yaitu di Kecamatan Tangse
Kabupaten Pidie
3.2. Waktu dan Tempat
3.2.1.
Waktu
Penelitian
ini dimulai dari bulan Maret hingga Juni.
3.2.2.
Tempat
Penelitian
ini dilaksanakan di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie, tepatnya di daerah
terkena bencana banjir bandang tahun 2011 dan 2012.
3.3. Subjek Penelitian
Dalam
penelitian ini yang dijadikan obyek adalah manajemen penanggulangan bencana
banjir bandang di kecamatan Tangse. Pemilihan objek ini dikarenakan sesuai
dengan kemampuan penulis dan dekat dengan kediaman pribadi penulis.
3.4. Metode Penelitian
Pengumpulan
data secara umum dibagi menjadi dua yaitu data literal dan data observasi. Data
literal adalah data yang diperoleh dengan melakukan pencatatan terhadap
kejadian atau fenomena yang telah berlalu. Dalam dunia kesehatan, data ini
dapat diperoleh dengan cara anamnesis maupun mempelajari catatan yang ada
sebagai data sekunder. Data observasi adalah data yang diperoleh dengan
melakukan observasional langsung terhadap fenomena, pemeriksaan laboratorium,
maupun pemeriksaan langsung sebagai data primer.
Adapun
metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan
penelitian ini adalah yaitu:
3.4.1. Studi Pustaka (data literal)
Yaitu dengan
menerapkan teori yang diperoleh dari buku-buku di perpustakaan, makalah, maupun
sumber tertulis lain. Ditambah dengan data-data yang diperoleh dari internet.
Dari data-data tersebut penulis mengumpulkan data teoretik untuk mendukung
terciptanya karya ilmiah ini.
3.4.2. Observasi (Eksperimen )
Melakukan
observasi langsung ke lapangan untuk mengindentifikasi kondisi secara langsung
dan untuk mendapatkan data secara lengkap dan objektif.
3.5.
Cara
Menganalisa Data
Semua
data–data yang terkumpul pada saat penelitian diolah lalu dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Manajemen Penanggulangan Banjir di
Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
Pada
Hari Sabtu, 25 Februari 2012 musibah besar melanda kecamatan tangse salah satu
kecamatan di Kabupaten Pidie. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat
terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta,
dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan
dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Dalam
kondisi ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Pidie adalah Badan
yang berwenang mengatasi dan menanggulangi bencana yang ada di daerah. Dimana
Badan ini melakukan manajemen dan koordinasi yang tepat dalam menanggulangi
bencana banjir yang menghancurkan kecamatan Tangse Kab. Pidie dimana terdapat 3
desa yang mengalami kerusakan cukup parah yaitu desa Layan, Peuneulom I dan
Peuneulom II, yang rata-rata menagalami kerusakan rumah baik ringan maupun
parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam kondisi ini membutuhkan pedoman-pedoman
pelaksanaan agar proses penanggulangan yang dilakukan efektif dan tepat sasaran
sehingga tidak ada masyarakat korban yang merasa dirugikan.
Sesuai
dengan hasil penelitian di lapangan menunjukkan data rekapitulasi korban banjir
bandang di kecamatan Tangse kabupaten Pidie berjumlah 14 orang dengan kriteria
masing-masing desa diuraikan (data terlampir).
4.2. Analisis Manajemen Penanggulangan Banjir
Sebagaimana
yang telah dikemukakan bahwa untuk menjalankan sistem penanggulangan banjir
yang efektif oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie
diperlukannya pedoman, prinsip dan strategi yang profesional dan bertanggung
jawab agar penanganan banjir dapat berjalan layak dan sebagaimana mestinya.
Sesuai
dengan data yang ditemui dalam pelaksanaan penelitian bahwa sebanyak 14 jiwa
(0,11%) menjadi korban banjir bandang baik luka-luka mapun meninggal dari
11.990 jiwa korban yang terkena dampak langsung banjir bandang di Kecamatan
Tangse Kabupaten Pidie.
Letak
wilayah dan kondisi desa yang ada di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie juga
menjadi tolak ukur parah atau tidaknya banjir yang melanda, dimana desa-desa
yang berada di pinggir sungai mengalami kondisi lebih parah dibandingkan dengan
desa-desa yang berada di ibukota kecamatan.
Kenyataan
yang ditemui juga menunjukkan sebanyak 3.270 Kepala Keluarga (KK) menjadi
korban banjir bandang dimana di desa Layan sebanyak 200 KK (12%) menjadi
pengungsi dari total 1660 KK yang ikut mengungsi. Desa Layan merupakan salah
satu dari 5 desa yang mengalami kerusakan parah dan jumlah pengungsi yang cukup
besar dimana 768 jiwa (12%) mengungsi dari total 6350 jiwa pengungsi akibat
banjir bandang, 93 rumah (16%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah
yang terkena dampak banjir bandang, 4 unit sekolah (26,5%) dari total 15 unit
sekolah yang terkena bencana banjir, 1 unit fasilitas ibadah (50%) dari 2 unit
fasilitas ibadah yang terkena dampak, satu lagi adalah fasilitas ibadah yang
ada di desa Blang Dalam, 4 jembatan roboh (21%) dari total 19 jembatan yang
rusak, serta 16 Ha (8,5%) lahan pertanian dan 10 Ha (7,5%) lahan perkebunan
dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat
banjir
Sedangkan
di desa Peunalom I menunjukkan sebanyak 266 KK (16%) harus mengungsi dari total
1660 KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami kerusakan yang cukup
parah dan jumlah pengungsi yang cukup
besar dimana 1.031 jiwa (16%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi
akibat banjir, , 252 rumah (44%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah
yang terkena dampak banjir bandang, 3 unit sekolah (20%) dari total 15 unit
sekolah yang terkena bencana banjir, 1 Pustu (50%) dari 2 unit Pustu yang
terkena dampak, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang rusak,
serta 15 Ha (8%) lahan pertanian dan 12 Ha (9,5%) lahan perkebunan dari total
183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir.
REKAPITULASI
DATA DESA YANG TERKENA DAMPAK BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN
PIDIE
No
|
Desa
|
Yang
terkena
|
Yang
tidak terkena
|
Ket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Layan
Blang
Dalam
Peunalom
I
Ranto Panyang
Blang
Jeurat
Pulo
Baro
Blang
Bungong
Krueng
Meriam
Peunalom
II
Blang
Pandak
Blang
Dhoet
Keude
Tangse
|
√
√
√
√
-
-
-
√
√
√
√
|
-
-
-
-
√
√
√
-
-
-
-
√
|
|
Jumlah
|
|
8
|
4
|
|
Sumber data : Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kab. Pidie
REKAPITULASI
DATA KORBAN JIWA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE (BAIK YANG
MENINGGAL MAUPUN LUKA-LUKA)
No
|
Nama Desa
|
Jumlah Korban
Laki :
Perempuan
|
Jumlah
|
Ket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
1.
2.
3.
4.
|
Layan
Blang
Dalam
Peunalom
I
Ranto
Panyang
|
1 : -
2 : 1
2 : 1
6 : 1
|
1
3
3
7
|
|
|
Jumlah
|
11 : 3
|
14
|
|
Sumber data : Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kab. Pidie
REKAPITULASI
DATA PENGUNGSI KORBAN BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN
PIDIE
No
|
Nama Desa
|
Kepala Keluarga
|
Pengungsi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Layan
Blang
Dalam
Peunalom
I
Ranto
Panyang
Blang
Jeurat
Pulo
Baro
Blang
Bungong
Krueng
Meriam
Peunalom
II
Blang
Pandak
Blang
Dhoet
Keude
Tangse
|
200
160
266
251
70
39
60
265
332
17
|
768
598
1.031
1.005
230
143
270
1.015
1.237
53
|
|
Jumlah
|
1660
|
6.350
|
Data : Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Pidie
REKAPITULASI
DATA KERUSAKAN INFRASTRUKTUR AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE
KABUPATEN PIDIE
No
|
Nama Desa
|
Rumah (Unit)
|
Sekolah (Unit)
|
Fasilitas Ibadah
|
Pustu (Unit)
|
Jalan (Meter)
|
Jembatan (Unit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Layan
Blang
Dalam
Peunalom
I
Ranto
Panyang
Blang
Jeurat
Pulo
Baro
Blang
Bungong
Krueng
Meriam
Peunalom
II
Blang
Pandak
Blang
Dhoet
Keude
Tangse
|
93
59
252
52
2
13
30
31
26
11
3
|
4
1
3
3
1
1
1
1
|
1
1
|
1
1
|
50
50
550
|
4
2
3
3
2
1
1
3
|
|
Jumlah
|
572
|
15
|
2
|
2
|
650
|
19
|
Data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Pidie
TABEL
III-4
DATA
REKAPITULASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
No
|
Nama Desa
|
Lahan Pertanian
(Ha)
|
Lahan Perkebunan
(Ha)
|
Ket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Layan
Blang
Dalam
Peunalom
I
Ranto
Panyang
Blang
Jeurat
Pulo
Baro
Blang
Bungong
Krueng
Meriam
Peunalom
II
Blang
Pandak
Blang
Dhoet
Keude
Tangse
|
16
12
15
22
8
32
9
24
16
24
6
|
10
22
12
19
16
13
25
10
|
|
|
Jumlah
|
183
|
127
|
|
Data : Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Pidie Jaya
TABEL
III-5
REKAPITULASI
DATA KORBAN LUKA BERAT AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE
KABUPATEN PIDIE
Nama
|
Umur
|
Jenis
Kelamin
|
Alamat
|
Ket
|
Nurul Husna
|
5 Tahun
|
Perempuan
|
Ranto Panyang
|
Di RSU Sigli
|
Maulina S
|
14 Bulan
|
Perempuan
|
Ranto Panyang
|
Di RSU Sigli
|
Data : Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Pidie Jaya
Di desa
lainnya yaitu Ranto Panyang menunjukkan bahwa sebanyak 251 KK (15%) harus
mengungsi dari total 1660 KK yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami
kerusakan yang cukup parah dari 5 desa yang terkena dampak cukup parah dimana
1.005 jiwa (15,5%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat
banjir, 52 rumah (9%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena
dampak banjir bandang, 3 unit sekolah (20%) dari total 15 unit sekolah yang
terkena bencana banjir, 1 unit Pustu (50%) dari 2 unit Pustu yang terkena
dampak, 50 meter (7,5%) jalan rusak dari 675 meter jalan yang rusak akibat
banjir, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang rusak, serta 22 Ha
(12%) lahan pertanian dan 19 Ha (15%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan
pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir
Di desa
Peunalom II menunjukkan sebanyak 265 KK (16%) harus mengungsi dari total 1660
KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini mengalami kerusakan yang cukup parah dan jumlah pengungsi yang cukup besar dimana
1.015 jiwa (16%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat banjir,
, 26 rumah (4,5%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena
dampak banjir bandang, 1 unit sekolah (6,5%) dari total 15 unit sekolah yang
terkena bencana banjir, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang
rusak, serta 16 Ha (8,5%) lahan pertanian dan 13 Ha (10%) lahan perkebunan dari
total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat
banjir.
Di desa
Blang Pandak menunjukkan sebanyak 332 KK (20%) harus mengungsi dari total 1660
KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami kerusakan yang cukup
parah dan jumlah pengungsi yang cukup
besar dimana 1.237 jiwa (19,5%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi
akibat banjir, 11 rumah (2%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah
yang terkena dampak banjir bandang, 2 unit sekolah (20%) yaitu satu pesantren
dan satu SMP dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, serta 24
Ha (13,5%) lahan pertanian dan 25 Ha (19,5%) lahan perkebunan dari total 183 Ha
lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir.
Dari
data 12 korban meninggal banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
ditemukan 9 orang (75%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 3 orang (25%)
berjenis kelamin perempuan sedangkan 2 korban (14%) mengalami luka berat dari
total 14 orang korban jiwa baik yang meninggal maupun luka-luka.
Dalam
penanganan terhadap para korban banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten
Pidie juga banyak ditemui hambatan dan kekurangan yang berdampak langsung
terhadap para korban, dimana banyak dari infrastruktur serta sarana dan
prasarana yang dibangun tidak tepat waktu, sehingga sangat merugikan para
korban dan masyarakat yang terkena bencana, juga penanganan yang lambat dari
Pemerintah dan Badan terhadap kesehatan psikis dan mental para korban yang
membuat banyak di kalangan korban yang menolak untuk kembali ke rumah asalnya
walaupun sudah mendapat bantuan langsung dari Pemkab dan Badan-badan lainnya.
Hal-hal
seperti ini tentunya menjadi evaluasi penting bagi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Pidie dalam melaksanakan tugas pencegahan dan pelaksanaan
Tanggap Darurat pasca bencana, salah satu yang menjadi kendala adalah akses
yang sulit menuju lokasi dimana daerah ini teerletak cukup jauh dari
Pemerintahan Kabupaten serta sarana dan prasana yang masih kurang di Badan
Pelaksana harus menjadi perhatian penting dari pemerintah agar penanganan
bencana terhadap daerah yang terkena bencana dapat segera dilaksanakan.
4.3. Analisis Hambatan-Hambatan Yang Ditemui
Sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala
dalam manajemen Penanggulangan Banjir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Pidie, sehingga pelaksanaan tugas-tugas menjadi terhambat dan
tidak efektif, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kurangnya
pembinaan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga banyak
pegawai yang tidak mengerti akan tugas yang diembannya
2. Kurangnnya
diberikan kesempatan kepada para pegawai yang ada di Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie untuk mengikuti Pendidikan Tanggap
Darurat dan Bencana sehingga ada sebagian pegawai yang lalai dalam menjalankan
tugasnya
3. Kondisi
sarana dan prasarana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Pidie yang tidak layak atau kurang sehingga menghambat penanganan
langsung pada setiap bencana yang terjadi dalam Kabupaten Pidie
4. Letak
dan lokasi medan dari daerah yang terkena bencana terlalu jauh dari
Pemerintahan Kabupaten sehingga menghambat setiap pelaksanaan dan pengawasan
yang dilakukan oleh Pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Pidie.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dengan
didasari uraian-uraian yang telah disebutkan sebelumnya, maka disini akan
diambil beberapa kesimpulan yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Manajemen
penanggulangan bencana alam di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena ditemui beberapa faktor yang menjadi
hambatan.
2. Hambatan-hambatan
yang ditemui antara lain adalah kurangnya pembinaan dan pelatihan
penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kepala
Badan sebagai pelaksana terhadap para pegawai dan bawahannya. Sarana dan
prasarana penunjang proses penanggulangan bencana alam yang kurang juga menjadi
penghambat utama terlaksananya manajemen bencana alam yang baik dimana
Pemerintah dan Badan pelaksana di sini Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Pidie merasa kesulitan melaksanakan penanggulangan bencana saat
terjadi.
5.2.
Saran-saran
1. Diharapkan
supaya pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Pidie lebih meningkatkan lagi kemampuan para tim pelaksana penanggulangan
bencana dengan memberikan pelatihan dan pembinaan yang kontinyu.
2. Perlu
ditingkatkannya sarana dan prasarana penanggulangan bencana sehingga setiap
bencana alam yang terjadi pihak Badan Pelaksana siap melakukan penanggulangan
secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
BAKORNAS
PB, 2007. Pedoman Penanggulangan Banjir, Jakarta.
Ditjen Binkesmas Depkes, 2005.
Pedoman Puskesmas dalam Penanggulangan Bencana, Jakarta.
Handayani, A.S, 2010. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika. Volume 11 No. 1. Analisis Daerah Endemik Bencana
Akibat Cuaca Ekstrim di Sumatera Utara
IDEP, 2007. Panduan Umum
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi ke 2, Bali: Yayasan IDEP.
IOM, 2011. Panduan Simulasi.
Program PRB. Pengurangan Resiko Bencana IOM Jawa Barat, Bandung: European
Commision Huminitarian Aid.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No
46 Tahun 2008, tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
MAKASIH
BalasHapus