Sabtu, 26 November 2016

MAKALAH TENTANG PENANGGULANGAN BANJIR


KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidyah-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah karya ilmiah remaja ini. Makalah ini saya membahas mengenai “Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di Kecamatan Tangse Kab. Pidie“ yang diajukan untuk Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2013.
Dalam penulisan penelitian ilmiah ini begitu banyak kesulitan yang penulis temui seperti kurang informasi dari buku-buku bacan yang berkaitan dengan penelitian ini. Akan tetapi, berkat adanya bimbingan dari guru serta dukungan dari beberapa pihak Alhamdulillah akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan motivasi dan dukungan besar atas kegiatan ini, serta Bapak Maulidin Akbar selaku pembimbing dan guru mata pelajaran karya ilmiah remaja ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat  kepada para pembaca, saya juga mengharapkan kritik dan saran pembaca terhadap penelitian ini guna untuk perbaikan yang lebih baik lagi.
Sigli, 05 Juli 2013

                                                                                                                                              Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................   iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................    1
1.1.Latar Belakang Permasalahan ...................................................................    1
1.2.Indentifikasi Masalah ...............................................................................    3
1.3.Rumusan Masalah .....................................................................................    3
1.4.Tujuan Penelitian.......................................................................................    3
BAB II. TELAAH PUSTAKA ............................................................................    4
2.1.Beberapa Pengertian..................................................................................    8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................    7
3.1.Desain Penelitian.......................................................................................    7
3.2.Waktu dan Tempat....................................................................................    7
3.3.Subjek Penelitian.......................................................................................    7
3.4.Metode Penelitian......................................................................................    7
3.5.Cara Menganalisa Data..............................................................................    8
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................    9
4.1.Manajemen Penanggulangan Banjir Bandang di Kecamatan Tangse Kab. Pidie                9
4.2.Analisis Manajemen Penanggulangan Banjir.............................................    9
4.3.Analisis Hambatan-Hambatan yang ditemui............................................. 12
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 14
5.1.Kesimpulan................................................................................................ 14
5.2.Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


ABSTRAK
Manajemen Penanggulangan Bencana Alam pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie didasarkan pada Qanun Tahun 2011, dengan tujuan terlaksananya sistem penanggulangan bencana daerah yang efektif dan efesien serta transparan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie merupakan salah satu Badan Pelaksana Bencana Daerah yang langsung dibawah komando Pemerintahan Kabupaten Pidie, dengan sistem integritas dan percerpatan tanggap darurat terhadap bencana yang melanda daerah, khususnya Kabupaten Pidie.
Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana manajemen penanggulangan bencana alam yang ada di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaannya di lapangan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Untuk memperoleh data disamping dilaksanakan penelitian lapangan juga dilakukan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya manfaat manajemen Penanggulangan Bencana Alam di Kecamatan Tangse sehingga perlu pembenahan secara struktural dan manajemen agar dapat memberikan manfaat yang utuh terhadap para korban bencana alam.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Permasalahan
Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang ini banjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam. Membuang sampah disungai, Penggundulan hutan, Penggalian material pasir dan batu alam secara liar tidak terkendali. Sebagai contah nyata, Tanggal 10 maret 2011 kamis sore terjadi banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie yang mengakibatkan beberapa desa porak poranda akibat diterjang banjir bandang diantaranya Desa Peunalom I, Peunalom II, Pulo Baro, Blang Jeurat, Blang Dalam, Layan, Blang Bungong, Blang Pandak, Ranto Panyang, Krueng Meriam, Blang Dhot dan Keude   Tangse. menurut informasi banyak rumah warga hancur baik rusak berat maupun ringan dan ada warga yang meninggal dunia yang jenazahnya ditemukan pada hari jumat tanggal 11 maret 2011 di antara kayu log besar dan kayu-kayu gelondongan.
Undang Undang No 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup tercantum tentang perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dalam Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2012 dikemukakan permasalahan pokok sebagai berikut. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia, kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (bio diversity), pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan hutan belum jelas, lemahnya penegakan hokum terhadap pembalakan liar (illegal loging) dan penyelundupan kayu. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa-jasa lingkungan. Belum harmonisnya peraturan perundang-undangan lingkungan hidup serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
            Setelah dilakukan pengamatan di lokasi penulis melihat masyarakat belum menyadari bagaimana pentingnya memelihara keseimbangan alam, pada umumnya masyrakat setempat menggantungkan hidupnya dari hasil alam baik berupa batu belah yang digali dari perbukitan serta penambangan  pasir di sungai juga terjadi pengundulan hutan dan penembangan kayu-kayu secara semena-mena tanpa pilih  serta tidak ada budaya penanaman kembali di daerah yang mendesak ditambah lagi dengan lemahnya pengawasan dari aparat pemerintahan disekitar gunung Tangse.  Hal ini menyebabkan terjadinya banjir bandang yang pada sebelumnya belum pernah terjadi di tempat tersebut, padahal ketentuan tentang pengelolaan linkungan hidup tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan informasi masyarakat sekitarnya banjir bandang   terjadi karena adanya penebangan kayu-kayu untuk dijual dan membiarkan sisa-sisa berserakan di sungai-sungai kecil didalam kawasan hutan sehingga membentuk penampungan-penampungan air, hujan yang turun selama empat hari berturut-turut tidak mampu diserap oleh tanah yang telah gundul mengalir ke penampungan akhirnya jebol karena tak sanggup menahan debit air yang melimpah.
            Perlu disadari bahwa membangun masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera dan sadar akan pentingnya harkat kemanusiaan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. keseimbangan alam sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia dibumi ini, hutan sebagai daerah resapan air kini tidak lagi mampu menahan laju debit air, hujan yang turun dari daerah dataran tinggi pada akhirnya dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia.
            Dengan demikian jelaslah bahwa manajemen penanggulangan bencana alam adalah suatu proses yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan semenjak kejadian sampai dengan pasca bencana dengan  tujuan untuk memulihkan roda perekonomian masyarakat, perbaikan infrastruktur yang rusak, bantuan tanggap darurat serta penanggulangan trauma masyarakat akibat banjir, kelemahan manajemen penanggulangan bencana alam mengakibatkan kendala yang cukup besar dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, maka disini perlu perbaikan koordinasi antara elemen pihak-pihak yang berperan baik unsur pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat supaya permasalahan bisa segera di atasi.
1.2.  Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari latar belakang yang disebutkan di atas adalah:
1.3.Bagaimana proses penanganan bencana banjir bandang di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie?
1.4.Apakah penanggulangan yang dilakukan sudah memberikan dampak positif bagi masyarakat?
1.3.  Perumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahannya ialah:
1.      Sejauh mana proses penataan kembali infrastruktur yang  rusak akibat banjir?
2.      Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam penataan kembali pasca banjir bandang di Kecamatan Tangse?
3.      Sejauh  mana manajemen penanggulangan bencana alam di Kecamatan Tangse?
1.4.  Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui sejauh mana proses manajemen penanggulangan bencana alam di Kecamatan Tangse, yang meliputi:
a.       Infrastruktur pemerintah seperti jembatan dan jalan umum
b.      Rumah-rumah penduduk
c.       Sarana Mata Pencaharian
d.      Pemulihan Trauma Masyarakat
2.      Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam proses penataan kembali pasca banjir bandang di Kecamatan Tangse
a.       Faktor yang mendukung dalam proses penataan dalam pasca bencana alam.
b.      Faktor yang menghambat dalam proses penataan pasca bencana alam.
 BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1.  Beberapa Pengertian
2.1.1.      Manajemen
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya uantuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisiensi berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorgasir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. (Mary Parker Follet 2002: 161)
Bila dipelajari melalui literatur manajemen maka ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
1.      Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli, untuk memperlihatkan tata warna definisi dalam warna Encilopedia of the social science dikatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha.
2.      Manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen, yaitu kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen. dengan kata lain segenap orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.masyarakat
3.      Manajemen sebagai suatu seni (Arts) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science) yaitu seni (Arts) atau suatu ilmu pengetahuan, mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen ilmu. sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenaranny. Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok oran-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Menurut Mary Parker follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan  pekerjaan itu oleh dirinya itulah manajemen, tapi menurut Stoner bukan hanya itu saja, masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut A. F. Stoner, manajemen adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian supaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya  organisasi  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2.      Penanggulangan
Penanggulangan adalah upaya ataupun tindakan dari suatu proses penangan suatu kejadian yang terjadi. Penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif baru melakukan setelah terjadi bencana. Tetapi penanggulangan bencana juga bisa bersifat antisipatif, melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana.
2.1.3.      Bencana Alam
Menurut Undang-Undang no 24 tahun 2007 Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.


2.1.4.      Kecamatan Tangse
Tangse adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pidie, Aceh, Indonesia. Jumlah penduduk sekitar 25000 jiwa yang mendiami 28 desa. Kota Tangse berada di atas ketinggian 600-1200 mdpl. Iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi kualitas tanaman terbaik karena memiliki tanah yang subur. Memiliki hasil tambang seperti emas, biji besi dll. Di era 70-an wilayah ini merupakan daerah paling makmur di Aceh, dengan kopi robusta, padi (beras cantik manis) yang sangat legit, durian yang manis dan holtikultura lainnya.
 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.  Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang diambil oleh penulis adalah melakukan serangkaian uji deskriptif dan observasi di daerah terkena bencana yaitu di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
3.2.  Waktu dan Tempat
3.2.1.      Waktu
Penelitian ini dimulai dari bulan Maret hingga Juni.
3.2.2.      Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Tangse Kabupaten Pidie, tepatnya di daerah terkena bencana banjir bandang tahun 2011 dan 2012.
3.3.  Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek adalah manajemen penanggulangan bencana banjir bandang di kecamatan Tangse. Pemilihan objek ini dikarenakan sesuai dengan kemampuan penulis dan dekat dengan kediaman pribadi penulis.
3.4.  Metode Penelitian
Pengumpulan data secara umum dibagi menjadi dua yaitu data literal dan data observasi. Data literal adalah data yang diperoleh dengan melakukan pencatatan terhadap kejadian atau fenomena yang telah berlalu. Dalam dunia kesehatan, data ini dapat diperoleh dengan cara anamnesis maupun mempelajari catatan yang ada sebagai data sekunder. Data observasi adalah data yang diperoleh dengan melakukan observasional langsung terhadap fenomena, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan langsung sebagai data primer.
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah yaitu:

3.4.1.      Studi Pustaka (data literal)
Yaitu dengan menerapkan teori yang diperoleh dari buku-buku di perpustakaan, makalah, maupun sumber tertulis lain. Ditambah dengan data-data yang diperoleh dari internet. Dari data-data tersebut penulis mengumpulkan data teoretik untuk mendukung terciptanya karya ilmiah ini.
3.4.2.      Observasi (Eksperimen )
Melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengindentifikasi kondisi secara langsung dan untuk mendapatkan data secara lengkap dan objektif.
3.5.  Cara Menganalisa Data
Semua data–data yang terkumpul pada saat penelitian diolah lalu dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.  Manajemen Penanggulangan Banjir di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
Pada Hari Sabtu, 25 Februari 2012 musibah besar melanda kecamatan tangse salah satu kecamatan di Kabupaten Pidie. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Dalam kondisi ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Pidie adalah Badan yang berwenang mengatasi dan menanggulangi bencana yang ada di daerah. Dimana Badan ini melakukan manajemen dan koordinasi yang tepat dalam menanggulangi bencana banjir yang menghancurkan kecamatan Tangse Kab. Pidie dimana terdapat 3 desa yang mengalami kerusakan cukup parah yaitu desa Layan, Peuneulom I dan Peuneulom II, yang rata-rata menagalami kerusakan rumah baik ringan maupun parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam kondisi ini membutuhkan pedoman-pedoman pelaksanaan agar proses penanggulangan yang dilakukan efektif dan tepat sasaran sehingga tidak ada masyarakat korban yang merasa dirugikan.
Sesuai dengan hasil penelitian di lapangan menunjukkan data rekapitulasi korban banjir bandang di kecamatan Tangse kabupaten Pidie berjumlah 14 orang dengan kriteria masing-masing desa diuraikan (data terlampir).
4.2.  Analisis Manajemen Penanggulangan Banjir
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa untuk menjalankan sistem penanggulangan banjir yang efektif oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie diperlukannya pedoman, prinsip dan strategi yang profesional dan bertanggung jawab agar penanganan banjir dapat berjalan layak dan sebagaimana mestinya.
Sesuai dengan data yang ditemui dalam pelaksanaan penelitian bahwa sebanyak 14 jiwa (0,11%) menjadi korban banjir bandang baik luka-luka mapun meninggal dari 11.990 jiwa korban yang terkena dampak langsung banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie.
Letak wilayah dan kondisi desa yang ada di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie juga menjadi tolak ukur parah atau tidaknya banjir yang melanda, dimana desa-desa yang berada di pinggir sungai mengalami kondisi lebih parah dibandingkan dengan desa-desa yang berada di ibukota kecamatan.
Kenyataan yang ditemui juga menunjukkan sebanyak 3.270 Kepala Keluarga (KK) menjadi korban banjir bandang dimana di desa Layan sebanyak 200 KK (12%) menjadi pengungsi dari total 1660 KK yang ikut mengungsi. Desa Layan merupakan salah satu dari 5 desa yang mengalami kerusakan parah dan jumlah pengungsi yang cukup besar dimana 768 jiwa (12%) mengungsi dari total 6350 jiwa pengungsi akibat banjir bandang, 93 rumah (16%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena dampak banjir bandang, 4 unit sekolah (26,5%) dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, 1 unit fasilitas ibadah (50%) dari 2 unit fasilitas ibadah yang terkena dampak, satu lagi adalah fasilitas ibadah yang ada di desa Blang Dalam, 4 jembatan roboh (21%) dari total 19 jembatan yang rusak, serta 16 Ha (8,5%) lahan pertanian dan 10 Ha (7,5%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir
Sedangkan di desa Peunalom I menunjukkan sebanyak 266 KK (16%) harus mengungsi dari total 1660 KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami kerusakan yang cukup parah  dan jumlah pengungsi yang cukup besar dimana 1.031 jiwa (16%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat banjir, , 252 rumah (44%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena dampak banjir bandang, 3 unit sekolah (20%) dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, 1 Pustu (50%) dari 2 unit Pustu yang terkena dampak, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang rusak, serta 15 Ha (8%) lahan pertanian dan 12 Ha (9,5%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir.

REKAPITULASI DATA DESA YANG TERKENA DAMPAK BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
No
Desa
Yang terkena
Yang tidak terkena
Ket
1
2
3
4
5
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.
Layan

Blang Dalam

Peunalom I

Ranto Panyang

Blang Jeurat

Pulo Baro

Blang Bungong

Krueng Meriam

Peunalom II

Blang Pandak

Blang Dhoet

Keude Tangse




-

-

-




-

-

-

-




-

-

-

-


Jumlah

8
4

Sumber data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Pidie

REKAPITULASI DATA KORBAN JIWA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE (BAIK YANG MENINGGAL MAUPUN LUKA-LUKA)
No
Nama Desa
Jumlah Korban
Laki : Perempuan
Jumlah
Ket
1
2
3
4
4
1.
2.
3.
4.
Layan
Blang Dalam
Peunalom I
Ranto Panyang
1 : -
2 : 1
2 : 1
6 : 1
1
3
3
7


Jumlah
11 : 3
14

Sumber data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Pidie

REKAPITULASI DATA PENGUNGSI KORBAN BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
No
Nama Desa
Kepala Keluarga
Pengungsi
1
2
3
4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Layan
Blang Dalam
Peunalom I
Ranto Panyang
Blang Jeurat
Pulo Baro
Blang Bungong
Krueng Meriam
Peunalom II
Blang Pandak
Blang Dhoet
Keude Tangse
200
160
266
251

70
39
60
265
332

17
768
598
1.031
1.005

230
143
270
1.015
1.237

53

Jumlah
1660
6.350
Data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie
REKAPITULASI DATA KERUSAKAN INFRASTRUKTUR AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
No
Nama Desa
Rumah (Unit)
Sekolah (Unit)
Fasilitas Ibadah
Pustu (Unit)
Jalan (Meter)
Jembatan (Unit)
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Layan
Blang Dalam
Peunalom I
Ranto Panyang
Blang Jeurat
Pulo Baro
Blang Bungong
Krueng Meriam
Peunalom II
Blang Pandak
Blang Dhoet
Keude Tangse
93
59
252
52
2
13
30
31
26
11
3
4
1
3
3



1
1
1
1
1
1


1
1



50


50
550
4
2
3
3

2
1
1
3



Jumlah
572
15
2
2
650
19
 Data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie


TABEL III-4
DATA REKAPITULASI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI  KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
No
Nama Desa
Lahan Pertanian
(Ha)
Lahan Perkebunan
(Ha)
Ket
1
2
3
4
5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Layan
Blang Dalam
Peunalom I
Ranto Panyang
Blang Jeurat
Pulo Baro
Blang Bungong
Krueng Meriam
Peunalom II
Blang Pandak
Blang Dhoet
Keude Tangse
16
12
15
22
8
32
9
24
16
24
6
10
22
12
19

16


13
25
10


Jumlah
183
127

Data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie Jaya

TABEL III-5
REKAPITULASI DATA KORBAN LUKA BERAT AKIBAT BENCANA BANJIR BANDANG DI KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Ket
Nurul Husna
5 Tahun
Perempuan
Ranto Panyang
Di RSU Sigli
Maulina S
14 Bulan
Perempuan
Ranto Panyang
Di RSU Sigli
Data : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie Jaya

Di desa lainnya yaitu Ranto Panyang menunjukkan bahwa sebanyak 251 KK (15%) harus mengungsi dari total 1660 KK yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami kerusakan yang cukup parah dari 5 desa yang terkena dampak cukup parah dimana 1.005 jiwa (15,5%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat banjir, 52 rumah (9%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena dampak banjir bandang, 3 unit sekolah (20%) dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, 1 unit Pustu (50%) dari 2 unit Pustu yang terkena dampak, 50 meter (7,5%) jalan rusak dari 675 meter jalan yang rusak akibat banjir, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang rusak, serta 22 Ha (12%) lahan pertanian dan 19 Ha (15%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir
Di desa Peunalom II menunjukkan sebanyak 265 KK (16%) harus mengungsi dari total 1660 KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini mengalami kerusakan yang cukup parah  dan jumlah pengungsi yang cukup besar dimana 1.015 jiwa (16%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat banjir, , 26 rumah (4,5%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena dampak banjir bandang, 1 unit sekolah (6,5%) dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, 3 jembatan roboh (15,5%) dari total 19 jembatan yang rusak, serta 16 Ha (8,5%) lahan pertanian dan 13 Ha (10%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir.
Di desa Blang Pandak menunjukkan sebanyak 332 KK (20%) harus mengungsi dari total 1660 KK yang yang ikut mengungsi. Desa ini juga mengalami kerusakan yang cukup parah  dan jumlah pengungsi yang cukup besar dimana 1.237 jiwa (19,5%) mengungsi dari total 6.350 jiwa yang mengungsi akibat banjir, 11 rumah (2%) rusak berat maupun ringan dari total 572 rumah yang terkena dampak banjir bandang, 2 unit sekolah (20%) yaitu satu pesantren dan satu SMP dari total 15 unit sekolah yang terkena bencana banjir, serta 24 Ha (13,5%) lahan pertanian dan 25 Ha (19,5%) lahan perkebunan dari total 183 Ha lahan pertanian dan 127 Ha Lahan perkebunan yang rusak akibat banjir.
Dari data 12 korban meninggal banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie ditemukan 9 orang (75%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 3 orang (25%) berjenis kelamin perempuan sedangkan 2 korban (14%) mengalami luka berat dari total 14 orang korban jiwa baik yang meninggal maupun luka-luka.
Dalam penanganan terhadap para korban banjir bandang di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie juga banyak ditemui hambatan dan kekurangan yang berdampak langsung terhadap para korban, dimana banyak dari infrastruktur serta sarana dan prasarana yang dibangun tidak tepat waktu, sehingga sangat merugikan para korban dan masyarakat yang terkena bencana, juga penanganan yang lambat dari Pemerintah dan Badan terhadap kesehatan psikis dan mental para korban yang membuat banyak di kalangan korban yang menolak untuk kembali ke rumah asalnya walaupun sudah mendapat bantuan langsung dari Pemkab dan Badan-badan lainnya.
Hal-hal seperti ini tentunya menjadi evaluasi penting bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie dalam melaksanakan tugas pencegahan dan pelaksanaan Tanggap Darurat pasca bencana, salah satu yang menjadi kendala adalah akses yang sulit menuju lokasi dimana daerah ini teerletak cukup jauh dari Pemerintahan Kabupaten serta sarana dan prasana yang masih kurang di Badan Pelaksana harus menjadi perhatian penting dari pemerintah agar penanganan bencana terhadap daerah yang terkena bencana dapat segera dilaksanakan.
4.3.  Analisis Hambatan-Hambatan Yang Ditemui
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam manajemen Penanggulangan Banjir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie, sehingga pelaksanaan tugas-tugas menjadi terhambat dan tidak efektif, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.    Kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga banyak pegawai yang tidak mengerti akan tugas yang diembannya
2.    Kurangnnya diberikan kesempatan kepada para pegawai yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie untuk mengikuti Pendidikan Tanggap Darurat dan Bencana sehingga ada sebagian pegawai yang lalai dalam menjalankan tugasnya
3.    Kondisi sarana dan prasarana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie yang tidak layak atau kurang sehingga menghambat penanganan langsung pada setiap bencana yang terjadi dalam Kabupaten Pidie
4.    Letak dan lokasi medan dari daerah yang terkena bencana terlalu jauh dari Pemerintahan Kabupaten sehingga menghambat setiap pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie.

 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Dengan didasari uraian-uraian yang telah disebutkan sebelumnya, maka disini akan diambil beberapa kesimpulan yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Manajemen penanggulangan bencana alam di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena ditemui beberapa faktor yang menjadi hambatan.
2.    Hambatan-hambatan yang ditemui antara lain adalah kurangnya pembinaan dan pelatihan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kepala Badan sebagai pelaksana terhadap para pegawai dan bawahannya. Sarana dan prasarana penunjang proses penanggulangan bencana alam yang kurang juga menjadi penghambat utama terlaksananya manajemen bencana alam yang baik dimana Pemerintah dan Badan pelaksana di sini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pidie merasa kesulitan melaksanakan penanggulangan bencana saat terjadi.
5.2.  Saran-saran
1.      Diharapkan supaya pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie lebih meningkatkan lagi kemampuan para tim pelaksana penanggulangan bencana dengan memberikan pelatihan dan pembinaan yang kontinyu.
2.      Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana penanggulangan bencana sehingga setiap bencana alam yang terjadi pihak Badan Pelaksana siap melakukan penanggulangan secara cepat dan tepat.

 DAFTAR PUSTAKA
BAKORNAS PB, 2007. Pedoman Penanggulangan Banjir, Jakarta.
Ditjen Binkesmas Depkes, 2005. Pedoman Puskesmas dalam Penanggulangan Bencana, Jakarta.
Handayani, A.S, 2010. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Volume 11 No. 1. Analisis Daerah Endemik Bencana Akibat Cuaca Ekstrim di Sumatera Utara
IDEP, 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, Edisi ke 2, Bali: Yayasan IDEP.
IOM, 2011. Panduan Simulasi. Program PRB. Pengurangan Resiko Bencana IOM Jawa Barat, Bandung: European Commision Huminitarian Aid.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 46 Tahun 2008, tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

1 komentar: